2. Diagnosa dokter
Sesampainya di rumah sakit, Debora pun langsung mendapat pengamanan dari dokter jaga yang ada di Unit Gawat Darurat RS Mitra Keluarga.
Dokter kemudian menyarankan agar Debora dibawa ke ruang PICU.
Hal ini lantaran kondisi bayi tersebut semakin memburuk.
"Sesampai di rumah sakit sekitar pukul 03.40 WIB, Debora langsung di bawa ke IGD. Ada dokter jaga di sana. Dokter Iren.
Tindakan pertolongan pertama diberikan. Bayi Debora di cek suhu tubuhnya. Lalu diberikan penguapan untuk mengencerkan dahaknya.
Sambil dilakukan pemeriksaan, ayah Debora Rudianto diminta mengurus administrasi pasien.
Pukul 04.10 WIB, kedua orang tua Debora dipanggil dokter Iren. Hasil diagnosa dokter Iren mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU. Kondisinya memburuk.
Pasien harus dimasukkan segera ke ruang PICU untuk memberikan pertolongan maksimal. Kedua orang tuanya mengangguk cemas. Terbayang wajah bayi mungil Debora yang mulai kesulitan bernafas. Dokter Iren menyarankan segera mengurus ke bagian administrasi," bunyi tulisan tersebut.
3. Tak menerima pasien BPJS
Setelahnya, ayah bayi Debora menuju ke bagian administrasi rumah sakit.
Tak tanggung-tanggung, uang yang diperlukan untuk memindahkan Debora ke ruang PICU nilainya mencapai Rp 19 juta lebih.
"'Maaf Pak ..bapak harus membayar uang muka sebesar Rp.19.800.000,- agar anak Bapak bisa masuk PICU', ujar Ifa petugas administrasi datar.
'Kami ada BPJS mba...tolonglah masukkan ke PICU. Selamatkan dulu anak kami,' mohon Pak Rudianto sambil mengatupkan telapak tangannya di dada memohon-mohon welas asih petugas."
Sayang, upaya Rudianto memohon kepada petugas itu tak berdampak banyak.
Petugas administrasi mengatakan rumah sakit tersebut tidak bekerja sama dengan BPJS.
Sehingga, prosesnya tidak bisa dilanjutkan.
"'Maaf Pak..rumah sakit ini belum ada kerjasama dengan BPJS. Mohon selesaikan uang muka dulu agar anak bapak bisa segera dimasukkan ke ruang PICU', ujar Tina petugas administrasi tanpa peduli sambil menyorongkan sehelai kertas berisi daftar harga uang muka pelayanan perawatan. Di kertas daftar harga itu tertera angka Rp. 19.800.000,- untuk pelayanan PICU."
4. Hanya punya Rp 5 juta
Menghadapi permintaan dari petugas administrasi rumah sakit, orangtua Debora pun bingung bukan kepalang.
Bagaimana tidak, Rudianto yang sempat kembali pulang untuk mengambil uang ternyata hanya mendapati Rp 5 juta di tabungannya.
"'Pa segera pulang Pa..ambil uang kita,' ujar Bu Henny sambil bercucuran air mata meminta suaminya segera mengambil uang balik ke rumah.
Pukul 04.30 WIb ayah Debora kembali ke RS Mitra Keluarga Kalideres. Ia langsung berlari ke salah satu ATM di pojok rumah sakit itu.
Ia menarik empat kali di ATM BCA. Uangnya di rekening hanya tertinggal 5 juta lebih.
'Ini mbak lima juta rupiah. Barusan saya tarik dari ATM. Mohonlah dimasukkan anakku di ruang PICU. Saya berjanji siang nanti akan mencari kekurangannya,' mohon ayah Debora sambil memelas."
5. Tak diterima
Malang benar nasib Debora, uang Rp 5 juta yang diberikan ayahnya pada pihak rumah sakit belum juga mencukupi kebutuhan kepindahannya ke ruang PICU.
Akibatnya, uang tersebut dikembalikan dan Debora tetap saja tak boleh dipindahkan ke ruangan yang seharusnya ia tempati.
"'Tapi maaf pak ini masih kurang dari uang muka PICU,' jawab mbak Tina datar.
'Saya harus telepon atasan saya dulu pak,' balas Tina.
Sepuluh menit kemudian petugas administrasi memanggil kedua orang tua Debora.
'Maaf pak atasan saya tidak memberi izin anak bapak dimasukkan ke PICU sebelum bapak menyelesaikan uang muka. Ini saya kembalikan uang lima jutanya,' ujar petugas administrasi itu tanpa empati."
Sontak, tangis ayah dan ibu bayi Debora pecah mendengar perkataan itu.
"'Ini aturan rumah sakit Pak..silahkan bayar uang muka sesuai daftar harga PICU," kata petugas yang sama.